Tampilkan postingan dengan label SOSIAL. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SOSIAL. Tampilkan semua postingan
10 Agu 2010
SIRAM API DENGAN AIR
Selalu saja ada sisi positif dan negatif sebuah interaksi. Positif ketika interaksi memunculkan rasa cinta dan sayang, kuatnya persaudaraan, tolong menolong sesama mukmin. Dan negatif, saat interaksi meletupkan bunga-bunga api kekecewaan. Kebencian pun tak terelakkan.
Kebencian karena persoalan teknis semisal salah paham, emosi dadakan, mestinya hanya bertahan beberapa hari. Karena prinsipnya setiap mukmin punya satu ikatan: akidah Islam. Sehingga persoalan teknis di lapangan bisa cair sendiri bersama waktu dan kesibukan. Setelah itu, muncul lagi kerinduan.
Namun, begitulah setan. Emosi yang labil menjadi alat efektif pintu setan untuk mengobrak-abrik persaudaraan. Sesama mukmin menjadi marahan. Jika marah diibaratkan sebagai api, maka airlah yang paling cocok agar api segera padam. Tidak mungkin api akan padam dengan api. Dan air adalah perumpamaan yang pas buat silaturahim.
Sekeras apa pun sebuah kebencian, boleh jadi rapuh dengan beberapa celah kasih sayang dan sentuhan persaudaraan. Orang yang diumbar marah dan benci sebenarnya sangat membutuhkan perhatian. Tidak jarang, kebencian bisa luluh hanya dengan perhatian dan sapaan yang tulus.
Bisa dibilang, sebagian besar sebab munculnya kebencian karena salah menafsirkan sebuah ucapan. Atau, sebab molornya perseteruan karena tertutupnya peluang berkomunikasi.
Yang pertama memperlihatkan ketidakmampuan seseorang mengungkapkan maksud baik. Plus, tidaksanggupan pihak lain menahan diri membuat kesimpulan negatif. Ketidakmampuan mengutarakan maksud dan sifat reaktif di pihak lain menjadi perkara paling rawan munculnya kles.
Dengan begitu, saling membuka komunikasi adalah langkah paling tepat memperbaiki ketidakharmonisan. Dan itu akan berjalan efektif jika dua belah pihak siap saling mendengarkan. Sulit memunculkan keadaan saling pengertian seperti itu jika tidak dikondisikan dengan situasi yang penuh persaudaraan dan kekeluargaan. Dan silaturahim adalah cara yang paling pas.
Baca Selengkapnya......
27 Jul 2010
MAHLUK INDIVIDU DAN SOSIAL
Setiap orang selalu mengharapkan keturunannya lebih baik daripada dirinya. Wajar sekali bila mereka memupuk nilai-nilai luhur untuk ditanamkan dalam sanubari anak-anaknya. Bekerja dan berkarya bukan sekedar memupuk harta benda atau memuaskan diri mereguk berbagai kenikmatan dunia (semua yang dapat dirasakan oleh Panca Indera!), melainkan menemukan kebenaran hidup dan aktualisasi diri (tanpa didasari kesombongan).
Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Disisi manapun (sebagai makhluk sosial atau individu), ada pengaruh positif dan negatifnya.
Sebagai makhluk individu, apabila menganggap dirinya selalu benar, egoisme, mau menang sendiri, tidak mau mengalah, kasar, tidak toleran, memandang masalah hanya dari sudut pandangnya saja; maka dia termasuk dalam pengaruh negatif sebagai makhluk individu. Perlu diingat pula, Rasulullah Muhammad SAW, membutuhkan waktu dan tempat untuk merenung, memikirkan segala kenikmatan yang telah dikaruniai oleh Sang Pencipta, lalu mensyukurinya dan akhirnya membebaskan dirinya dari belenggu kesombongan, serta mencapai kesempurnaan dengan senantiasa memperbaiki diri dengan bertafakur.
Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa membutuhkan pengakuan dari kelompoknya, katakanlah komunitasnya. Bisa komunitas yang berorientasi geografi (RT/RW, daerah dll), profesi (dokter, guru dll), hobby (internet, HT, komputer dll), wah masih banyak komunitas yang ada. Lihatlah perilaku orang pada saat berkelompok. Sebagian besar akan berlaku tidak disiplin!
Kedisiplinan adalah hal utama dalam pembentukan kelompok. Tanpa kedisiplinan, setiap kelompok akan liar dan tak terkendali,
Kata kunci dari keberhasilan sebagai makhluk sosial adalah memiliki tujuan luhur yang digalang bersama secara disiplin dan mampu menahan diri, apabila terjadi benturan terhadap kepentingan pribadi.
Mari kita pupuk perilaku positif pada anak-anak kita sedini mungkin. Dengan cara itu, diharapkan mereka mampu menjalani hidup ini sebagai makhluk sosial dan individu secara paripurna.
Baca Selengkapnya......
25 Jul 2010
INFOtaiMENT GOSIP
Di masyarakat rupanya seperti sudah sangat familiar untuk mendengarkan atau mengikuti berita tentang artis. Hal ini dikarenakan sifat masyarakat kita yang selalu merasa penasaran ingin mengetahui mengikuti kabar terakhir dari kehidupan yang dijalani oleh idolanya. Bagi orang yang kurang mengidolakan artis mungkin akan sangat jarang dan bahkan tidak menyukai berita-berita seperti itu untuk dikonsumsi.
Di Indonesia pada jaman dulu, pastinya belum ada pemberitaan tentang artis seperti sekarang ini. Hampir semua televisi menayangkan tayangan infotainment yang isinya berita tentang gosip artis. Begitu juga dengan media cetak yang juga muncul begitu banyaknya disusul lagi dengan adanya media internet. Lengkap sudah semua media diisi oleh pemberitaan tentang artis.
Beberapa artis memanfaatkan pemberitaan sebagai media untuk mencari popularitasnya, sehingga artis sangat senang ketika dia di ekspose oleh media. Akan tetapi media terkadang juga dijadikan sebagai kambing hitam dengan mencari kejelekan artis untuk mendapatkan berita. Artis yang kurang populer akan merasa tidak mampu menembus pasar selebriti tanah air. Yang jelas dua komponen yaitu artis dan media memang memiliki ketergantungan satu sama lain. Artis yang tidak pernah tayang / muncul juga akan berpengaruh dengan penghasilanya, kecuali si artis memiliki bisnis sendiri.
Menurut saya gak ada manfaatnya menonton infotaiment gosip,terkadang juga membunuh karakter orang yg diberitakan. masalah rumah tangga bisa di ketahui semua orang.hal tersebut bukan menjadi bagian kebebasan dan demokrasi.namun merupakan pembunuhan karakter dalam kerukunan dan ketenangan keluarga.Bahkan di ibaratkan di dalam Al-Quran sebagai "seseorang yang tega memakan daging bangkai saudaranya sendiri".
Jadi para sahabat masih mau melihat tayangan infotaiment gosip yg kadang murahan belakangan ini..????
Baca Selengkapnya......
16 Jul 2010
HIDUP IBARAT WARUNG MAKAN
Seorang Kakek dan Nenek turun dari sebuah bus antar kota di sebuah terminal. Mereka telah menempuh perjalanan dari perjalanan wisatanya di luar negeri. Setelah turun dari pesawat, Kakek dan Nenek tersebut lalu menumpang bus yang telah mereka naiki ini.
Mereka memang berencana untuk langsung menuju kota dimana anak dan cucunya tinggal. Kakek dan Nenek tersebut ingin membagikan oleh-oleh yang mereka dapat dari liburan panjang di masa tuanya.
Dengan membawa barang bawaannya, mereka lalu berjalan menuju sebuah warung makan untuk mengisi perut yang mulai keroncongan.
Kakek dan Nenek itu duduk bersandar di kursi kosong di warung. “Uuhh, sampai juga akhirnya..” Kakek itu menghela nafas. “Empat jam di dalam bus membuat kaki tuaku ini terasa kaku.”
Warung makan itu lumayan besar, dengan jumlah kursi sekitar 30-an buah. Terlihat para pelayannya hiruk pikuk membersihkan meja-meja. Warung itu memang cukup ramai, sekitar tiga per empat jumlah kursinya telah terisi oleh orang-orang yang menikmati makan siangnya. Kakek dan Nenek itu dengan sabar menunggu pelayan menghampiri untuk menanyakan apa pesanannya.
Setelah lebih dari 20 menit, ternyata tak ada satu pelayan pun yang menghampiri mereka. Para pelayan selalu sibuk dengan pekerjaannya sendiri-sendiri. Kakek itu lalu memberanikan diri untuk memanggil salah satu pelayan restoran itu.
“Mbak, aku mau pesan makanan !” serunya. Dan seruannya itu terdengar oleh salah satu pelayan – yang kemudian datang menghampirinya. Mungkin karena kelelahan, pelayan itu langsung duduk di kursi sebelah depan si kakek itu.
Sambil menyeka keringatnya pelayan itu berkata,
“Wah pak, maaf, di sini warung prasmanan, jadi kalau bapak mau pesan, bapak harus menuju ke meja saji dekat kasir itu”
Pelayan itu lalu melanjutkan,
“Silahkan bapak ambil makanan dan minuman yang bapak suka, kemudian langsung saja bayar di kasir.”
“Oooo begitu..” kata sang kakek. Lalu mereka berdua langsung bergegas menuju meja saji dan melakukan apa yang dikatakan oleh pelayan itu.
Setelah mengambil dan membayar makanannya kakek dan nenek itu langsung duduk di kursi yang mereka tempati tadi. Si pelayan juga masih berada di situ sambil mengipas-ngipas kepala dengan lap kecilnya.
Sambil mengunyah makanan, si kakek lalu bercerita.
“Tahu tidak, kalau warung makan ini mengingatkanku akan hidup.” Sang Kakek melanjutkan.
“Kita bisa mendapatkan apapun yang kita inginkan, asal kita mampu untuk membayarnya. Kita bisa jadi apa saja yang kita mau asal kita mau membelinya dengan harga yang sebanding, kerja keras dan pantang menyerah hanyalah sebagian harga yang harus kita bayar.”
Sambil mengiris daging di piring dengan sendoknya, Kakek itu berkata.
“Setiap orang punya kesempatan yang sama untuk menjadi sukses, tapi sukses tidak akan datang jika kita hanya menunggu seseorang datang kepada kita. Untuk dapat menikmati kesuksesan – kita harus mau berdiri, berjalan, lalu mengambil kesuksesan itu – kemudian membayarnya … yaah.. tepat seperti di warung prasmanan ini.”
Pelayan itu lalu tersenyum dengan hormat kepada Kakek itu, lalu pergi melanjutkan pekerjaannya.
Baca Selengkapnya......
11 Jul 2010
GAME TEMPOE DOELOE
Berbicara mengenai jaman dulu berarti bicara tentang sejarah, tentang kehidupan di masa lalu. Sejarah bukan sebuah onggokan sampah kehidupan. Sejarah banyak mengajari kita tentang sesuatu, tentang hidup dan tentang kehidupan.
Boleh saja orang jaman sekarang menganggap kuno apa yang terjadi di masa lalu. Dalam konteks rentang waktu bisa dikatakan demikian tetapi dalam konteks hakikat tak selamanya apa yang dilakukan oleh orang-orang jaman dulu tak relevan untuk saat ini.
Salah satunya adalah bermain. Teringat semasa kecil dulu kemudian melihat anak-anak masa kini dan kemudian membandingkan. Sungguh berbeda. Kalau jaman dulu kita terbiasa dengan permainan kolosal , maka saat ini sangat jarang kita temui anak bermain
Dengan permainan ini mereka diajari untuk bersosialisasi dengan orang lain. Yang secara tidak langsung mengajarkan bahwa seseorang tak bisa hidup seorang diri, bahwa kita perlu oranglain untuk memenuhi kebutuhan kita. Dengan permainan kelompok kita diajari untuk saling toleransi, mengedepankan kerjasama dan mengajarkan kepemimpinan.
Saking bermanfaatnya kegiatan bermain ini, maka banyak bermunculan lembaga-lembaga training yang mengajarkan bagaimana membentuk kepribadian, menjalin kerjasama dan menumbuhkan toleransi dan keberanian. Kalau dicermati permainan mereka kebanyakan adalah permainan anak-anak jaman dahulu. Inilah bukti bahwa permainan jaman dahulu justru dicari dan diminati karena manfaatnya yang besar.
Namun di jaman sekarang ketika teknologi semakin maju, anak-anak bermain cukup di depan komputer. Anak diberi kesempatan untuk memilih berbagai macam permainan. Dengan kegiatan semacam ini anak akan sedikit bersosialisasi dengan anak-anak lain. Tak heran jika anak menjadi egois, tidak peduli dengan sekitar dan tidak bisa untuk bekerjasama dengan orang lain.
Begitulah cerdiknya orang jaman dahulu. Orang-orang berbuat suatu hal untuk mengatakan suatu maksud tanpa secara langsung. Ketika mereka memberi pelajaran kepada anak-anaknya atau cucu-cucunya mereka tidak melakukan secara langsung. Tidak mengatakan tak boleh ini tak boleh itu. Tetapi melalui perantara entah itu dongeng, cerita, syair, permainan atau lagu. Dengan cara inilah pelajaran yang dimaksud bisa diterima anak-anak tanpa membebani anak-anak tetapi justru membuat pelajaran menjadi semakin asyik.
Baca Selengkapnya......
10 Jul 2010
RUPIAH DALAM SAMPAH
Bagi sebagian orang, sampah ya sampah, menjijikkan, bau, bahkan kerap diidentikkan dengan sumpah serapah, “dasar sampah lu,” begitu katanya. Sampah memang identik dengan sesuatu yang berkonotasi negatif dan stigma tidak indah.
Padahal, kalau menilik menelisik asal muasalnya, sampah ternyata berasal dari sesuatu yang “indah”. Namun, kenapa orang tak pernah memandang asalnya? Orang lebih memandang wujud setelahnya. Hmm, itulah manusia, tak pernah mau menghargai hakekat saat hakekat tersebut tak lagi bernilai manfaat.
Eits …. tunggu dulu …. siapa bilang tidak bernilai manfaat. Bagi segelintir orang sampah memanglah sampah, tapi tidak bagi sebagian orang-orang yang “kreatif”. Sampah justru dapat mendatangkan rupiah. Sampah, bagi orang-orang yang “kreatif” itu akan diolah dan dipilah untuk selanjutnya dijelmakan ke dalam rupiah.
Orang-orang kreatif tersebut –atau tepatnya orang-orang yang dipaksa untuk kreatif karena keadaan, menyulap sampah sebagai ladang penghasilan, mereka berkubang sampah untuk mendapatkan rupiah, lantas rupiah itu selanjutnya akan dibelikan rempah dan remah yang nantinya kembali akan menjadi SAMPAH ……
Baca Selengkapnya......
Langganan:
Postingan (Atom)